Resume Seminar Parenting – Sabtu, 19 Oktober 2024 D’Botanica Bandung Mall – Pemater Abah Ihsan

Sebuah penelitian di Belanda menemukan bahwa anak yang sering sharing info/rahasia pribadi dengan orangtuanya dipastikan memiliki kualitas hubungan yang lebih baik dan sangat sedikit terlibat kenakalan remaja (Frijns et al 2013). Sementara hasil riset di  Swedia menjelaskan bahwa kunci sebuah keluarga harmonis, perilaku anak-anaknya baik,  bukanlah pengawasan yang ketat, tetapi bagaimana anaknya mempercayai orangtuanya, dan bagaimana orangtua memberikan kepercayaan pada anaknya.

Menghadapi kondisi generasi mudanya yang ‘rusak’, pemerintah Islandia membuat program dengan cara pendekatan yang melibatkan keluarga. Diantara program tersebut adalah:

  • Anak-anak dibuat sibuk dengan kegiatan positif, seperti olahraga atau hal lainnya yang bermanfaat dan disukai oleh anak
  • Orangtua lebih terlibat dalam kehidupan anak, salahsatunya dengan orang tua sering bercengkrama dengan anaknya
  • Anak-anak usia tertentu diberi batasan dan dilarang keluar rumah pada malam hari.

Motif yang melandasi agar kita dapat menjadi orangtua yang bersahabat dengan anak adalah:

  • Asshohibu shohiiba (orang yang memiliki persahabatan)

Anak-anak usia dini dan TK sepenuhnya menganggap orangtuanya adalah idola, karena fitrah seorang anak adalah mempercayai orangtuanya. Namun seiring perubahan usia, anak akan mulai menilai perilaku orangtuanya, layak atau tidak mereka dijadikan teladan. Orangtua yang sudah dekat dengan anak tidak akan menyakiti anaknya, demikian juga sebaliknya, anak yang sudah dekat dengan orangtuanya akan susah (tidak tega) menyakiti orangtuanya.

  • Dipercaya berarti dapat jadi referensi hidup anak kita

Anak-anak yang terlibat dalam masalah kenakalan remaja, biasanya tidak akan duduk berlama-lama dengan orangtuanya. Kamu sering nggak ngobrol berlama-lama dengan orangtua? Ngobrol di sini maksudnya adalah orangtua mendengarkan curhatan anak, bukan orangtua yang berbicara anak mendengarkan. Pembelajaran ini sangat penting, karena ini adalah fondasi dasar dalam mengembangkan pola komunikasi yang baik dengan anak dan agar anak-anak konsisten menjadi orang baik sampai mereka dewasa nanti.

Jika orangtua dipercaya oleh anak, maka orangtua akan dijadikan refrensi hidup anak kelak.

  • Avoid Children Bad Behavior (menghindari perilaku buruk anak-anak)

Ini adalah upaya atau tindakan untuk mencegah anak-anak melakukan perilaku yang tidak diinginkan. Struktur keluarga menjadi rapuh, salah satunya adalah karena orangtua kehilangan power, orangtua tidak punya otoritas dalam keluarganya. Cirinya adalah orangtua tidak bisa memberikan batasan yang tegas, sehingga membuka cela untuk anak melakukan pelanggaran. Tidak serta merta anak menjadi pembangkang dan melawan, melainkan ada proses yang dilaluinya.

Bagaimana menjadi orang tua sahabat anak?

  • Menyediakan, bukan menyisakan waktu:

Biasakan setiap pukul 18.00-21.00 menjadi kumpul keluarga, agendakan private time (berdua dengan anak ngobrol ngalor ngidul) tanpa gadget. Makin kecil anak makin sering dinasehati, tapi semakin besar anak, makin sering didengarkan.

  • Qoulan sadida: berkata yang benar.

Berkata tepat sesuai usia, tepat sesuai jenis kelamin, tepat sesuai keadaan. Hendaklah kita mengucapkan perkataan yang benar/tepat, karena anak-anak kita akan menjadi pribadi yang rapuh jika kita salah dalam menyampaikan perkataan.

Sebagian orangtua ketika berada dekat anaknya ngomong seperlunya saja, bukannya menanyakan permasalahan yang dihadapi anak atau menanyakan hobby anak. Orangtua harus memahami dunia dan kesenangan anaknya agar ia dapat masuk ke dunia mereka. Ini adalah jembatan agar anak merasa  nyaman berbicara dengan orangtuanya.

  • Berikan kebebasan dengan batasan

Anak diberikan kesempatan untuk mengepresikan dirinya, mengeksplore dirinya dengan tetap diikuti batasan-batasan tertentu dari orangtua.

Redaksi Ibnu Sina
Team Redaksi

Would you like to share your thoughts?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *